emosi marah

sumber : google.com

Pernahkan Anda merasa marah namun bingung bagaimana mengungkapkannya? Banyak budaya yang menganggap bahwa marah adalah hal yang negative. Seseorang boleh saja mengekspresikan emosi tertekan yang dirasakan kecuali marah. Akibatnya banyak yang tidak tahu bagaimana mengekspresikan marah secara tepat.
Beberapa pakar mendefinisikan marah, emosi yang muncul karena adanya persepsi ketidak adilan, ahli lain mengatakan kemarahan terjadi ketika kita tidak mendapatkan pengakuan dan penerimaan bahwa seharusnya kita pantas untuk mendapatkan suatu hal . walaupun banyak definisi yang diungkapkan para ahli, setiap orang menyepakati bahwa marah adalah perasaan negative yang membuat ketidaknyamanan bagi yang merasakan.
Marah dapat dipengaruhi oleh faktor eksternal dan internal yaitu faktor biologis, psikologis, perilaku dan sosial. Semua ini harus didefinisikan dalam konteks keluarga, sosial, dan teman sebaya. Menyalahkan orang lain merupakan salah satu indikator munculnya kemarahan.
Faktor internal yang mepengaruhi kemarahan diantaranya adalah tipe kepribadian, kurangnya ketrampilan problem solving, ingatan tidak menyenangkan, efek hormon, kecemasan, depresi, permusuhan, tekanan, agitasi, problem system saraf. Kehadiran kondisi tidak menyenangkan dapat memperkuat rasa marah dan kemampuan untuk mengontrol diri. Sedangkan faktor eksternal meliputi, pengasuhan orang tua yang negatif, situasi dan faktor lingkungan (kemacetan, gonggongan anjing, sura berisik, dan lain sebagainya), efek teman sebayadan media, status sosial ekonomi, tekanaan sosial. Beberapa emosi negative dapat berubah menjadi kemarahan, terutama rasa tidak aman dan ketakutaan.
Marah adalah emosi yang wajar, namun marah menjadi permasalahan ketika terjadi terlalu intens, terlalu sering dan tidak tepat mengekspresikannya. Merasakan marah terlalu sering dan intens dapat memmpengaruhi kesehatan fisik. Apabila marah terjadi dalam waktu yang lama, maka ada bagian dari sistem saraf yang bekerja sepanjang watu, tekanan pada tubuh memungkinkan munculnya masalah kesehatan lainnya.

Apa yang terjadi ketika kita marah?
Ketika marah terjadi, tubuh langsung mengalami serangkaian reaksi yang melibatkan hormone, system saraf dan otot. Tubuh melepaskan adrenalin yang membuat nafas sesak, kulit memerah, otot tegang, rahang mengencang, termasuk perut , bahu dan tangan. Seseorang dikatakan berhenti marah ketika ciri-ciri ini sudah tidak muncul (Novaco, 2000).

Apakah marah adalah emosi yang negative?
Marah adalah reaksi yang normal dalam kehidupan sehari-hari. Marah memberikan sinyal peringatan kepada otak bahwa ada sesuatu yang salah dan memberikan energi pada tubuh untuk memperbaiki keadaan. Marah memberikan manfaat berupa pergerakan energi untuk melakukan aksi. Cara orang mengekspresikan marah dapat memberikan efek yang positif maupun negatif pada orang lain.

Aspek positif dari marah
Marah membuat kita dapat bertahan untuk menghadapi berbagai situasi. Ketika marah diekspresikan dengan konstruktif, serta tidak menyakiti, maka akan memberikan hasil yang positif seperti mengekspresikan emosi yang penting, mengidentifikasi permasalahan, upaya menangani kekhawatiran, dan memotivasi munculnya perilaku yang efektif. Marah yang konstruktif dapat menurunkan tekanan darah.
“It is oke to be angry but not ok to be mean”

Apa efek negatif dari marah?
Ketika marah tidak di ekspresikan secara konstruktif dan sehat, maka akan menimbulkan permusuhan, kebencian,dan perbuatan agresi yang merugikan. Episode marah yang akut dapat memicu serangan jantung atau stroke hingga kematian.

Ekspresi Marah
Marah diekspresikan dalam 3 cara yaitu:
a. Ekspresi destruktif: yaitu ketika seseorang mengekspresikan marahnya dengan berteriak, membentak, meninju orang lain, merusak barang, atau melempar barang.
b. Memendam: sama sekali tidak mengekspresikan kemarahan dapat merusak diri. Beberapa efeknya yaitu dapat meningkatkan resiko tekanan darah, depresi, bunuh diri, permasalahan gastrointestinal, gangguan pernafasan, dapat menjadi pemicu seseorang merokok, minum, dan melakukan perbuatan berbahaya untuk dirinya sendiri dan lain sebagainya.
c. Cara terbaik mengekspresikan kemarahan adalah dengan mengontrol marah atau mengekspresikan marah dengan cara yang positif.

Lalu bagaima caranya? Berikut adalah lima hal penting yang diungkapkan Aristoteles berkaitan dengan marah.

Management marah
Lima Hal tentang Emosi Marah Menurut Aristoteles
1. Dengan orang yang tepat: untuk menjaga kedisiplinan sebagai bentuk tanggung jawab dapat membuat seseorang marah
2. Dengan kadar yang tepat : tidak berlebihan, dan tidak melebih-lebihkan permasahan pada hal sepele.
3. Pada waktu yang tepat: kemarahan seharusnya tidak salah tempat dan tidak diekspresikan pada saat yang membuat orang lain malu atau malah memberontak.
4. Untuk tujuan yang tepat: kemarahan perlu ditunjukkan dengan maksud untuk memperbaiki atau mengembangkan orang lain atau suatu hal.
5. Dengan cara yang benar: kemarahan menunjukkan bahwa ada yang salah dan perlu dikoreksi. Ketidaksenangan dapat diekspresikan dengan tenang, tegas dan mendapat hasil yang lebih baik.

Bagaimana cara me-management marah?
a. Akuilah bahwa anda marah- hal ini sangat sulit untuk orang yang terlalu ego (terlalu berfokus pada diri sendiri)
b. Analisis dan identifikasi sumber kemarahan –seringkali problem yang sesungguhnya sangat kecil tetapi bingung dengan perasaan negatif lainnya atau sudah menyimpan beberapa masalah dengan orang yang bersangkutan
c. Analisis perasaan marahmu: mengapa kamu merasa marah?
d. Analsis alasan mengapa kamu perlu marah
e. Analisis apakah rasa marahmu memiliki alasan yang masuk akal.

Amarah adalah angin yang memadamkan cahaya lentera yang menerangi pikiran. -Robert Green Ingersoll

Sehingga merupakan hal yang penting ketika tidak marah sepanjang waktu, karena pada waktu yang bersamaan, marah dapat merusak pikiran dan tubuh, baik ketika Anda menyampaikan secara terbuka maupun diam-diam Anda simpan sendiri.

Sumber:
Bhave, Swati Y.& Saini, Sunil. 2009. Anger Management. Los Angeles: Sage.

Reilly, Patrick M., Shopshire, Michael S. 2002. Angermanagemnt for Substance Abuse and Mental Health Clients. Washington, D.C.

 

 

Tulisan ini pernah di terbitkan di Buletin BBPK (Balai Besar Pelatihan Kesehatan) Jakarta