Kegiatan ini merupakan salah satu agenda Pengabdian Masyarakat dari Dosen Psikologi Unisa,kegiatan ini berkolaborasi dengan salah satu fisioterapis yaitu Ibu Rini Setyowati.

Berangkat dari kekhawatiran dan kegundahan dari para orang tua terhadap putra-putri mereka saat harus terus menjalani terapi psikologi/fisoterapi, maka tergugahlah para guru yang tergabung dalam kepanitiaan mempersembahkan acara ini. Tujuannya bukan saja untuk orang tua, tetapi juga para mahasiswa ataupun guru.

Memiliki anak yang sehat, aktif, dan cerdas tentu menjadi dambaan semua orang tua. Namun, tak semua harapan itu selalu terwujud. Tak sedikit orang tua dari Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) yang merasa mimpinya hancur. Menerima kenyataan menjadi kunci penanganan pertama anak berkebutuhan khusus.

Mengapa kekhususan ini bisa muncul pada anak? Mari kita lihat, siklus dimulai dari saat anak dibuat. Saat seseorang sedang merencanakan buah hati, janin yang dikandung sudah memulai fase kehidupannya. Walau nyawa baru diberikan Allah saat 4 bulan dalam kandungan, tetapi fase hidup.ini sudah dimiliki embrio/janin. Mereka yang tumbuh dan berkembang dengan berbagai pengalaman yang kurang baik selama di dalam kandungan, dapat memunculkan kondisi stres dan gerakan janin yang tidak teratur hingga overgerak.

Hal yang lainnya yang dapat terjadi adalah pertama dalam tumbuh kembangnya anak mengalami distress. Yang kedua, kondisi ini membuat anak terganggu kemampuan berfungsi dalam sehari-hari, antara lain bermain, belajar, dan bersosialisasi. Dan ketiga, anak berisiko untuk memiliki gangguan atau masalah yang lebih berat.

Untuk itu diperlukan Deteksi Dini Tumbuh Kembang Anak dilakukan secara rutin. Agar dapat dipantau bila ada keterlambatan, sehingga dapat segera dilakukan upaya untuk mengejar keterlambatan ini.

ABK biasanya juga disebut anak spesial. Sesuai namanya, maka kebutuhan, pola pengasuhan, dan pendidikannya juga spesial, karena kebutuhannya berbeda dari tumbuh kembang anak pada umumnya.

Nah, yang paling pertama harus dilakukan orang tua adalah menerima kondisi anak apa adanya lebih dulu. Anak tidak butuh patah hati dan air mata kita. Yang dia butuhkan adalah penanganan. Jadi, terimalah kenyataan bahwa anak kita memang berbeda. Itu dulu yang penting. Lebih cepat kita bisa menerima, lebih cepat anak bisa ditangani dan kita lebih cepat tahu apa yang harus dilakukan sebagai upaya penanganannya.

Namun, bukan hanya orang tua saja yang harus bisa menerima kondisi ABK. Anggota keluarga lainnya seperti kakak dan adiknya juga harus bisa menerima dan bersikap terbuka. Itu sebabnya, seluruh keluarga disarankan mengikuti konseling jika dimungkinkan.

Setelah bisa menerima apa adanya, barulah melangkah ke tahap selanjutnya yaitu mencari pengetahuan sebanyak-banyaknya dan konsul ke pakar agar anak bisa menjalani terapi-terapi sesuai anjuran pakar. Bila orang tua terlambat mengetahui, yang penting segera menerima dan memberikan penanganan terbaik. Ini lebih baik daripada tidak memulai sama sekali. Terkait pengetahuan, minimal, miliki satu media pengasuhan untuk dijadikan acuan.

Pakar yang dimaksud adalah ada dokter yang memang secara khusus menangani ABK, lalu datang ke psikolog untuk penanganan serta evaluasi. Beberapa psikolog juga akan memberikan latihan-latihan perilaku. Ketiga datang ke terapis.

Ada beragam terapis, antara lain Fisioterapi yang akan memberikan terapi okupasi, terapi sensori integrasi, terapi perilaku, dan terapi wicara. Jadi, penanganan anak harus komprehensif dan melibatkan para profesional.

Penanganan ABK membutuhkan biaya yang memang tidak murah karena selain biaya terapi dan sekolah, juga dibutuhkan biaya penanganan sehari-hari. Namun, banyak anak-anak dengan keajaiban yang lahir dari mereka yang spesial ini. Untuk itu, anak perlu berkunjung secara berkala ke dokter anak dan psikolog agar “permata yang ingin dibentuk sempurna adanya”. Bisa jadi keajaiban utu muncul saat anak dengan telaten diberikan pendampingan rutin oleh orang tua dan pakar/profesional. Selain untuk mendapatkan penanganan, pakar juga sekaligus akan membantu evaluasi untuk jangka pendek dan panjang.

Langkah selanjutnya adalah, orang tua disarankan untuk bergabung dengan orang tua lain yang punya permasalahan yang sama. Hal ini akan memunculkan motivasi, dukungan dan saling belajar anyar orang tua untuk menjadi lebih kuat.

Hari ini Allah memberikan saya kesempatan belajar bersama. Karena pada dasarnya saya pribadi juga banyak belajar dari para orang tua yang mempunyai pengalaman luar biasa secara langsung sehari-harinya. Mereka ibarat pohon tangguh tak terkalahkan angin. Seberapapun beratnya hal ini, namun kekuatan cinta dan nurani membuktikan bahwa para orang tua ini betul-betul luar biasa.