Bantul (19-20/08/2022) – Yogyakarta merupakan salah satu kota di Indonesia yang akrab disebut sebagai kota pelajar. Sejarah mencatat bahwa ada banyak pusat pendidikan yang didirikan di Yogyakarta mulai dari pra sekolah hingga perguruan tinggi.

Beberapa tahun belakangan ini tedapat istilah “pendidikan inklusif” yang mungkin sudah tidak asing lagi di telinga. Istilah tersebut muncul atas dasar wacana gerakan yang dicanangkan oleh UNESCO yaitu “Education For All” yang artinya pendidikan ramah atau mudah dijangkau dan diakses oleh seluruh elemen masyarakat tanpa terkecuali.

Disadari bahwa manusia terlahir dengan keunikan masing-masing yang artinya heterogen menjadi suatu hal yang pasti. Sekolah inklusi hadir sebagai salah satu solusi untuk merealisasikan “Education For All“. Meskipun Yogyakarta dikenal sebagai kota pelajar, nyatanya sekolah inklusi masih minim. Pun ketika ada sekolah yang melabeli diri mereka sebagai sekolah inklusi, secara teknis pelaksanaannya masih belum sesuai dengan esensi dari sekolah inklusi itu sendiri.

Pada kesempatan kali ini, Program Studi (Prodi) S1 Psikologi Universitas ‘Aisyiyah (UNISA) Yogyakarta mengundang Sri Rahayu Widyastuti, S.Psi. selaku Head of Center for Studies on Inclusive Education (CSIE) Sekolah Tumbuh, Rizke Tantular, S.Psi. selaku Curriculum Coordinator of Sekolah Tumbuh, dan Intan Kusumawardhani selaku Psikolog Anak Poliklinik Psikologi Rumah Sakit Universitas Islam Indonesia. Turut hadir Ketua Prodi S1 Psikologi UNISA Yogyakarta Annisa Warastri, S.Psi., M.Psi., Psikolog, Dosen Prodi S1 Psikologi UNISA Yogyakarta, Tim Biro Layanan Psikologi (BLP) UNISA Yogyakarta, perwakilan alumni, dan mahasiswa Prodi S1 Psikologi UNISA Yogyakarta.

Workshop ini merupakan alternatif solusi dari Prodi S1 Psikologi UNISA Yogyakarta untuk membuka wawasan baik mahasiswa maupun freshgraduate bahwa ada peluang atau prospek kerja bagi lulusan S1 Psikologi yang berminat pada bidang pendidikan salaah satunya adalah mendirikan dan mengelola sekolah inklusi. Meskipun begitu, lulusann psikologi tidak dapat berjalan sendiri karena sejatinya untuk mendirikan dan mengelola sekolah inklusi perlu dilakukan secara holistik atau adanya keterlibatan lintas profesi.

Harapannya, ‘Aisyiyah Family Mini School yang kedepannya akan menjadi salah satu unit kerja dari BLP UNISA Yogyakarta dapat segera diwujudkan. Selain bergerak dalam dunia pendidikan, Aisyiyah Family Mini School juga dapat membuka wawasan serta peluang kerja bagi lulusan psikologi.